Hai pria surga..
Fasih lidahmu dengan ucapan shahih
Elok tindakmu dengan tuntunan tasbih
Paras rupawanmu bak pangeran jagat
Halus tuturmu meluluhkan gurat hati
Cerdas hatimu memimpin arah tindak duniwi
Hai pria surga..
Kharismamu memancarkan keteduhan
Santun akhlakmu primadona mata
Elok budimu pancarkan sejuta rona
Lemah lembut sikapmu lantunan ibadah
kecintaanmu menuntunku menuju surgaNya
Hai pria surga..
Dengan seluruh kesempurnaan jiwa
Kau buat dunia berbalik arah
Kau tuntun setiap inci wilayah dengan lafaz azawajala
Hai pria surga..
Betapa indah ciptaan tuhan terlukis indah didirimu
Kesempurnaan mu meniti hati untuk arah akhiratku
Tak kau bayangkankah keluh hati ini untuk menjadi makmum mu?
Hai pria surga..
Tak kuasa hati berucap simpul..
Ketika hati telah halal
Kutau surga akan menyambutmu
Sungguh jika menduakan hati kelain bidadari, aku tak mampu berlabuh
itu sepenggal kisah klasik yang sering kita jumpai dalam masyarakat saat ini. berhubung akhir2 ini saya sering gabung dengan ibu-ibu jadi sedikit terjerumus untuk memikirkan hal-hal aneh tentang privasi masa depan. dalam hal ini tentang "rumah tangga".
semua manusia baik itu berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan pasti selalu mendambakan rumah tangga sakinah, mawadah, warrahmah. bagi wanita, iya ingin hidup bahagia dengan suami yang dicinta lalu melahirkan anak-anak yang lucu, sehat, dengan harapan kelak menjadi anak yang saleh dan berbakti pada orang tua,agama, bangsa, dan negara. begitupun pria, dia juga mendambakan hidup berbahagia dengan istri terkasih, menjaga, melindungi keluarga dan menjadi imam terbaik yang dapat membimbing keluarganya menuju kebahagiaan dunia, berharap juga berkumpul kembali disurga.
keduanya mendambakan "kebahagiaan". tapi bagaimana jika sang suami memasukkan bidadari lain lagi kedalam bahtera kasih itu. apakah kebahagiaan itu masih utuh? apakah benar kebahagiaan itu juga membahagiakan sang istri?mampukan sang suami berlaku adil? bukan hanya sekedar berbagi dengan ukuran cinta, perhatian dan kasih yang sama? melainkan mampu memberikan sesuai dengan porsi antara istri muda dan istri tua. perkara ini sungguh memusingkan. karena porsi itu relatif adanya. adil bagi istri pertama belum tentu adil bagi istri kedua, begitupun sebaliknya.
poligami memang dihalalkan oleh agama. tentunya dengan syarat2 tertentu. seperti menikahi wanita janda miskin dengan niatan menolong dsbg. bahkan nabi memiliki 8 istri yang dinikahinya karena mereka semua janda miskin. beberapa dari mereka merupakan janda korban perang.
sebenarnya poligami sah2 saja jika dilakukan dengan benar seseuai ketentuan agama dan syariatnya...
mungkin hati ku saja yang terlalu dangkal dan pemikiranku sempit perihal kebahagiaan ini. bagiku, jika itu berawal dari hati, aku akan menjalankannya dengan hati...
bahkan aisyah dan hafshah sebagai istri2 rasul saja masih memiliki kecemburuan terhadap rasullullah. pertanda, sebesar apapun keikhlasan itu ada, namun ketika bermain dengan separuh hati, terkadang dia akan terkikis perih juga..
^___^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar