“seperti apa seorang wanita tergantung bagaimana perlakuan orang yang dicintainya. Apakah dia akan seperti pelayan ataupun tuan putri” __secret garden__
Kutipan dialog young seyoun ini membuat saya terus memikirkan maksud didalamnya.
Pikiran saya tertuju pada perjalanan hidup 2 wanita yang sangat dekat dengan saya. Sebut saja namanya ani dan ana. Ani seorang wanita yang baik, pendidikan hanya sederajat SMA namun memiliki bisnis yang cukup besar. Dengan omset ratusan juta rupiah. Ana, sang adik adalah seorang guru sekolah menengah. dia sarjana dari universitas negri yang ada dikota ini. meskipun mereka saudara sedarah dan dibesarkan dari keluarga pengusaha, namun cara dagang yang mereka jalani sangat berbeda. Kehidupan yang mereka alami pun tak sama...
Ani yang lulusan SMA memiliki seorang suami yang lulusan sekolah dasar. Suaminya tergolong kasar, pemarah dan serba ingin dilayani. Saat jadwal makan, semua peralatan makan harus sudah tersedia didepan mata. Seperti nasi yang sudah dituangkan kepiring, sendok diletakkan disamping piring, gelas yang sudah diisi air serta air kobokan tangan juga harus sudah terletak didepan matanya. Bahkan pernah pada suatu hari, ani lupa meletakkan sendok didekat piring, sang suami berteriak dengan sangat kencangnya “sendok..!! sendok..!!”. padahal rak sendok memang sudah diletakkan dimeja makan, ani hanya sedikit terlupa meletakkannya disamping piring. (ckckkckckk)
Tak hanya itu, ani harus menyiapkan seisi rumah dengan serapih mungkin. Segala sesuatu baik itu pakaian sang suami harus telah digosok serapi mungkin dan diletakkan dalam lemari dengan barisan seperti jejeran baju dimall (saking rapihnya..0.0). makanan harus dimasak sendiri oleh ani, sebab dia beranggapan makanan diluaran tidak enak. dia tidak perduli apakah ani sedang sibuk ataupun sedang sakit. Yang dia tahu hanya ingin selalu diperlakuan bak raja.
Dalam nafkah, Anilah yang menjalankan bisnis. Ani berbisnis properti jasa angkutan barang. Bisnisnya tergolong sukses dengan penghasilan ratusan juta perbulan. Tapi dia juga terjerat hutang yang cukup besar. Sebab bisnis angkutan jasanya membutuhkan mobil besar untuk oprasional. Awalnya dia hanya memiliki 2 mobil besar, tapi kini sudah punya hampir 11 mobil. Sang suami dipercaya mengurus registrasi pembelian mobil. Tetapi sang suami hanya bisa membeli bahkan terus membeli mobil tanpa berfikir berapa besar tanggungan kredit yang harus dibayar perbulannya. Alhasil, hutang yang dimiliki ani hampir ratusan juta pula perbulannya.
Hidup ani penuh dengan hiruk pikuk. Disamping harus menghandle rumah juga harus menjadi pencari uang. Dia harus mencari uang dengan sangat kerasnya agar hutang2 perbulan yang dia miliki dapat terlunasi. Jika oprasional tersendat, dia juga sangat pusing dan panik harus kerumah2 meminjam uang ke semua pengusaha yang dia kenal di kota itu sampai dapat. meski terlihat berjuang keras, Dia tetap menjalani keseluruhan rutinitas hidup dengan bahagia.
Adik ani yaitu ana adalah seorang guru. Dia juga memiliki hasrat dalam bisnis. Hanya saja dia tidak terlalu sanggup akan tekanan. Dia mempercayakan suaminya bekerja sebagai wiraswasta peralatan rumah tangga kecil-kecilan.
Ana tidak terlalu rajin. Dia tidak mampu memasak dengan baik, tapi sangat suka menyapu rumah. Suaminya juga lulusan sarjana. Dulunya sebelum menikah mereka bertemu di kampus. Hidup ana kebalikan 3600 dari hidup ani. Suami ana pekerja keras, ulet dan disiplin. Dia juga memperlakukan ana dengan sangat baik. Dia tidak pernah sekalipun protes bahkan menghardik ana apapun yang dilakukannya seperti halnya memasak. Dia akan tetap lahap memakan masakan ana meskipun serba kurang bumbu disana sini. Bahkan dia selalu mencuci piringnya sendiri dan membuat teh untuk dirinya jika ana terlupa membuatkannya. (subhanallah...^_^)
Pada suatu hari ana sakit. Sakitnya cukup parah lebih kurang 7 bulan lamanya. Untungnya, sang suami sangat baik hati merawat ana dengan penuh kasih. bahkan harus menghandle bisnis dan rumah tanpa pernah mengeluh sedetik pun. Mereka hidup berbahagia satu sama lain. Ana benar2 diperlakukan bak ratu.
Dari cerita tentang 2 wanita tersebut dapat kita lihat bagaimana perlakuan orang yang dicintai mempengaruhi kehidupan seorang wanita. Pada dasarnya wanita merupakan makhluk Allah yang luar biasa. Wanita dimuliakan sebab dipercaya untuk melahirkan, menyusui, haid dan merawat buah hati sepenuh jiwa. Lantas mengapa wanita melemah dihadapan pria? Dalam luar biasanya seorang wanita, dia akan luluh dengan kasih sayang dari jiwa yang memiliki tulang rusuknya. Hati tulus seorang wanita akan membisikkan kata cinta dan kasih kepada pria (pasanganya) bahkan terkadang melebihi kecintaannya pada orang2 terdekat seperti orang tua, sahabat dll. Hal tersebut sangat naluriah.
”sungguh, orang2 yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak yang maha pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (Q.S taha,20 : 96).
bagaimanapun upaya wanita mengelak rasa, dia tetap butuh pria sebagai imam dihidupnya untuk menjalankan perintah allah agar dapat berkembangbiak dimuka bumi Allah.
"(Allah) pencipta langit dan bumi. dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan. dijadikanNya kamu berkembangbiak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Dan Dia yang maha mendengar, maha melihat".
Wanita akan diperlakukan seperti ratu ketika orang yang dicintainya memperlakukannya dengan sangat baik. Sebaliknya, wanita akan seperti pelayan jika pria yang dicintainya memperlakukannya buruk. Wanita pasti bahagia ketika diperlakukan bak ratu, tapi Apakah wanita juga bahagia ketika menjadi pelayan? Melihat cerita diatas tentang ani yang melayani suami bak raja, dia sama sekali tidak tersakiti atas hal itu. atas nama cinta dia menerima takdir apapun yang diberikan yang maha kuasa agar terus bersama dengan pria yang dicinta. tidakkah bodoh sikap ani yang demikian itu? Mungkin jika kita fikir, kita akan berkesimpulan bahwa apa yang dilakukan ani itu bodoh. Sebab tetap mempertahankan hidup bersama suami yang memperlakukannya buruk bahkan tidak berguna dalam artian finansial. Tapi ani “cinta”, itulah “orang yang dicinta” maka dia terima apapun resikonya karena itulah takdir yang dia punya.
Atas nama cinta pula suami ana memperlakukannya bak ratu balqis. Pepatah mengatakan “cinta itu buta” saking butanya mampu menutup mata hati bahkan logika berfikir manusia. Kita semua pasti berharap adanya keseimbangan dalam hubungan cinta. Dimana tidak harus selalu menerima (take) tapi juga dapat saling memberi (give) sehingga terjalin hubungan yang sehat, seimbang dan adil antara wanita dan pria.
Sayangnya, menjadi ratu ataupun pelayan tidak bisa kita pilih2. Sebab sudah tertulis di lauh mahfuz takdir tiap wanita itu seperti apa. Meskipun menjadi pelayan, wanita tak akan dipandang hina sebab allah menjanjikan surga bagi wanita yang berbakti seutuhnya pada sang suami. Sungguh besar makna cinta hingga Tanpa disadari cinta itu mengajari kita untuk lebih bersyukur dan berserah diri menerima orang yang dicintai apa adanya (menerima ciptaan Allah apa adanya). ^___^
Sayangnya, menjadi ratu ataupun pelayan tidak bisa kita pilih2. Sebab sudah tertulis di lauh mahfuz takdir tiap wanita itu seperti apa. Meskipun menjadi pelayan, wanita tak akan dipandang hina sebab allah menjanjikan surga bagi wanita yang berbakti seutuhnya pada sang suami. Sungguh besar makna cinta hingga Tanpa disadari cinta itu mengajari kita untuk lebih bersyukur dan berserah diri menerima orang yang dicintai apa adanya (menerima ciptaan Allah apa adanya). ^___^
“dan orang-orang yang berkata, “ya tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang2 yang bertakwa”. Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (surga) atas kesabaran mereka, dan disana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam”. (Q.S. Al furqon, 25:74-75).